TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN
Tugas Product Knowledge
JATI ( Tectonagrindis Linn. f.)
Oleh :
PRAYUGA DEKA RUSYANA
PRAYUGA DEKA RUSYANA
F34100072
2013
DEPARTEMEN
TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Jati (Tectona grandis Linn F.) sampai saat ini
merupakan salah satu komoditas mewah yang banyak diminati masyarakat walaupun
harga jualnya mahal. Kebutuhan kayu jati terus meningkat, baik skala domestik
maupun internasional. Secara umum pengembangan jati sampai decade tahun 70-an
mesih bersifat konvensional. Pengembangan budidaya jati masih mengandalkan teknik perbanyakan secara generative, yaitu
perbanyakan tanaman berasal dari biji atau benih pohon induk yang terpilih.
Pengembangan tanaman jati secara konvensional (generatif) memiliki kendala,
yaitu tanaman baru dapat berproduksi sekitar 40-60 tahun.
Kebutuhan akan
kayu jati, menuntut agar budidaya tanaman jati terus dilakukan. Dalam
membudidayakan kayu jati perlu memperhatikan beberapa factor agar pohon jati bisa
dibudidayakan. Syarat tumbuh tanaman jati adalah curah hujan 1500 – 2000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik
di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk
pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air.
Dengan kondisi lingkungan tersebut tanaman jati bias tumbuh di daerah
subtropis.
Kayu jati
banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan
merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta furniture
perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati
seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta
kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati
digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam
industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi
di daerah tropis.
Dengan melihat
banyaknya manfaat kayu jati, yaitu bersal dari kayu, daun, kulit dan bunga,
maka tanaman jati ini merupakan komoditas pertanian yang berpotensial untuk
dikembangkan di dunia perbisnisan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai kambing sebagai komoditas pertanian yang sangat berpotensial
untuk dikembangkan.
B. Tujuan
Mengetahui produk
perspektif dari komoditas tanaman jati, produk turunan dan menjadikannya
menjadi sebuah peluang bisnis yang prospektif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Profil Pohon Jati
Jati adalah
sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi, Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai
tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Nama ilmiah jati adalah
Tectonagrandis L.f. Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1500 – 2000 mm/tahun
dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling
baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri
dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dapat mencapai 30 –
60 cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah
(biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit
sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi
secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah
besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji
yang keras. Beberapa alternative telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti
merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum
optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.
Dibawah ini adalah pengklasifikasian pohon jati berdasarkan taksonominya.
Kerajaan:
|
|
Divisi:
|
|
Kelas:
|
|
Ordo:
|
|
Famili:
|
|
Genus:
|
Tectona
|
Spesies:
|
T. grandis
|
Menurut dinas pertanian syarat tumbuh
untuk pohon jati adalah adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di
Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi
selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon
Jati sebagai berikut:
1. Curah hujan 1500-2500mm/tahun
2. Bulan kering 2-4 bulan
3. Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari
permukaan laut.
4. Intensitas cahaya 75-100%.
5. pH tanah 4-8
6. Jenis tanah lempung berpasir, hindari
tanah becek/rawa dan cadas.
Sejak abad ke-9 tanaman yang merupakan tanaman jati
merupakan tanaman tropika dsan subtropika telah dikenal sebagai pohon yang
memiliki kayu kualitas tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet
tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai
500 tahun (Suryana 2001). Tanaman jati secara alamiah banyak dijumpai di
negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, yaitu Burma, Thailand, Laos,
Kambojadan Indonesia. Pada abad ke-19 jati juga mulai dibudidayakan di Amerika
tropic seperti Trinidad dan Nicaragua. Belakangan jati juga mulai dibudidayakan
di Nigeria dan beberapa Negara Afrika tropic lainnya (Simon 2000). Keberhasilan
permudaan sejak akhi rabad ke-19 telah mampu mengembangkan luas kawasan hutan jati
di Pulau Jawa. Menurut data Penyusutan Sejarah Kehutanan Indonesia pada akhir
abad ke-19 luas hutan jati di Pulau Jawa seluruhnya diperkirakan berkisar 650.000
ha. Luas hutan jati terus bertambah menjadi 785.000 ha pada tahun 1929. Sejak tahun
1985 luas hutan jati di pulau Jawa seluruhnya sudah mencapai 1.069.712 ha
(Simon 2000).
1.
Karakteristik dari tanaman jati
a. Warna Kayu
Cokelat dan emas warna gelap pada kayu
terasnya. Bagian gubal berwarna krem atau bahkan putih kecokelatan. Pada
beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada saat baru saja dibelah.
Setelah diletakkan di udara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari warna
tersebut akan berubah menjadi cokelat muda.
b. Densitas
Pada level MC
rata-rata 12%, densitas kayu jati berada pada kisaran 700-930 kg/m3
c.
Keawetan
Kayu jati tergolong pada kayu dengan kelas
awet 1. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab
atau serangan serangga.kayu jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap
cuaca dan perubahan suhu. Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati
yaitu kandungan minyak pada kayujati, membuat kekuatan kayu jati lebih baik
dati jenis kayu yang lain (Mahfudz 2003).
2.
Jenis-jenis Pohon Jati
a. Jati emas plus
Sumber induk jati emas plus dari pohon
jati genjah tertua di Indonesia. Saat diambil, batang itu baru berumur 5 tahun
tetapi tingginya 10-15 m dan berdiameter 25 cm. Pucuknya dikulturjaringankan
oleh PT Katama Surya Bumi (KSB), di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Bibit hasil kultur jaringan itu tumbuh pesat. Terhitung setelah 6 bulan pertama
penanaman, diameter meningkat 0,7 cm dan tinggi 12 cm/bulan. Pada penjarangan
pertama pada umur 7 tahun, tinggi jati emas plus mencapai 15 meter dan diameter
27,5 cm. Setelah 15 tahun, jati emas plus siap dipanen dengan diameter 34 cm
dan tinggi 17 meter.
Teksturnya kuat dan kokoh, mirip jati
konvensional. Itu didapat jika dirawat secara teratur seperti pemupukan pada
awal tanam, pembersihan gulma di sekeliling tanaman, dan pemetikan daun-daun
tua. Salah satu pekebun yang menanam intensif adalah Noer Soetrisno, sekretaris
Menteri Perumahan Rakyat. Ia memberikan pupuk kandang dan zeolit saat awal
tanam hingga berumur setahun.
Saat daun bawah menguning, satu per satu
dibersihkan agar nutrisi tidak terserap daun itu. Hasilnya, 7.200 jati emasnya
di 4 kota menghasilkan keuntungan lebih dari Rp30-juta setelah 4 tahun
penanaman. Jati emas tumbuh baik di daerah dengan 3-5 bulan musim kering. Suhu
lingkungan 27-36oC dan curah hujan 2000 mm per tahun. Agar jati
tumbuh optimal, pH 4,5-6. Menurut Sri Wahyuni dari KSB, hindari penanaman jati
emas di lahan bekas singkong, pisang, dan sawah.
Lahan singkong mengandung sianida
tinggi, bersifat racun, sehingga tanaman tumbuh kerdil. Sedangkan lahan bekas
pisang dan sawah mengandung banyak air, sulit bagi jati membuat perakaran kuat.
Walau begitu, jati emas berdaya adaptasi luas, tak hanya ditanam pada dataran
rendah, tetapi juga dataran tinggi.
b. Jati jumbo
Jati jumbo lebih dikenal dengan nama
jati solomon lantaran dikembangkan di Kepulauan Solomon, negara di sebelah
timur Papua Nugini. Ciri khasnya daun tak terlalu lebar, tetapi tebal dan kuat.
Tumbuhnya lurus ke atas. Pasangan daun serasi, berwarna hijau kebiruan. Batang
tegak lurus, bulat besar, tahan penyakit, tumbuh sangat cepat, relatif sedikit
percabangan, pucuk batang kuat, jarang patah karena badai atau hama, sehingga
tanaman dapat tumbuh sempurna.
Tanaman jati jenis lain sering patah di
pucuk, maka sosoknya bercabang-cabang. Penanaman cocok di daerah tropis
bercurah hujan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun, suhu 24-35oC, tanah
berkapur, berketinggian di bawah 700 m dpl. Jati jumbo menyukai penyinaran
matahari penuh. Oleh karena itu, idealnya jarak tanam 3-3,5 m, sehingga total
populasinya 1.000-1.200 pohon/ha. Saat 6 tahun dilakukan penjarangan 500
batang.
Setiap pohon menghasilkan 0,25 m3
kayu dengan harga Rp 2-juta/m3. Itu berarti penjarangan setelah 6
tahun penanaman menghasilkan Rp. 250-juta. Volume panen lebih tinggi lagi pada
umur 20 tahun, kata Teddy Pohan, staf pemasaran PT Tunas Agro Makmur, produsen
bibit jati jumbo. Volume yang dihasilkan sekitar 750 m3 dengan mutu
lebih baik sehingga harganya mencapai Rp4-juta/m3.
c.
Jati plus perhutani (JPP)
Pada 1976,
Perhutani mulai menyeleksi 600 jati unggul di seluruh Indonesia. Dua belas
tahun kemudian, jati plus perhutani lahir dengan berbagai kelebihan seperti
tumbuh lebih cepat, tahan penyakit dan adaptif di dataran tinggi maupun rendah.
Itu termasuk lahan kritis yang tak bernutrisi, kata Harsono dari Pusat
Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu, Jawa Tengah. Tekstur kayu mirip jati
konvensional walau tergolong kelas kekuatan III.
Ketika jati
berumur satu tahun, tingginya 4 m dan keliling batang 12 cm. Pada umur tiga
tahun, tinggi tanaman mencapai 8 m dan keliling batang rata-rata 26 cm. Saat
dipanen pada umur 12 tahun, diameter batang sudah mencapai 23 cm dengan tinggi
14 m.
d. Jati super gama
Super gama
berasal dari jati terbaik di Cepu, Jawa Tengah. Warna daun hijau kemerahan.
Cara tumbuh maupun perawatan mirip dengan jati genjah lain. Menurut Ir Franky
dari Gama Surya Lestari, produsen bibit super gama, tinggi tanaman setelah 3
bulan persemaian 70 cm. Pertumbuhannya mencapai 20 cm per bulan. Saat berumur 1
tahun tingginya 8 m.
Media tanam
berupa pupuk kandang dan tanah berasio 1:1. Tempat yang paling cocok di ketinggian
lebih dari 600 m dpl. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi 2.500
pohon/ha. Waktu panen perdana pada umur 7-8 tahun, diperkirakan produksinya 100
m3/ha. Sebab, penjarangan hanya menebang 25% dari total populasi.
Saat itu, diameter mencapai 20-25 cm dan tinggi 15 meter. Sisanya, dipanen
setelah berumur 13-14 tahun. Saat itu, tinggi pohon mencapai 21 m dengan
diameter 30-33 cm. Artinya, panen yang diperoleh cukup singkat itu menghasilkan
450 m3 jati bangsawan.
e.
Jati utama
Berbeda dengan
jati genjah lainnya, jati utama diambil dari klon terbaik asal Muna, Sulawesi
Tenggara. Lantaran teruji dengan iklim dan lingkungan di luar Jawa, varietas
itu lebih cocok jika ditanam di luar Pulau Jawa. Areal penanaman diutamakan
pada ketinggian kurang dari 700 m dpl. Cara tumbuh dan perawatannya mirip
dengan jati lain.
Menurut
pengujian PT Bhumindo Hasta Jaya Utama, pertumbuhan jati utama pada umur 2
tahun mencapai 2-4 meter dengan diameter batang 13 cm. Dengan jarak tanam 2 m x
2 m, total populasi 2.500 pohon per ha. Penjarangan dilakukan setelah tanaman
berumur 4-5 tahun. Saat itu, dari 1.250 pohon dengan diameter 15 cm dan tinggi
6-7 m menghasilkan 131 m3. Sisa 1.250 batang lainnya dipanen setelah
berumur 15 tahun (Vina 2010)
3.
Prospek Menanam Pohon Jati
Menanam pohon jati
akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran dalam
maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati
lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang
ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati
terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk
hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang
antara jumlah pasokan dan permintaan.
Investasi dalam budi daya jati
merupakan suatu pemanfaatan dana yang bijaksana. Pada saat yang bersamaan mampu
mencapai berbagai tujuan yang memberi keuntungan kepada: lingkungan hidup,
perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah, tabungan hari tua untuk diri
sendiri, anak-cucu atau ahli waris. Ini merupakan suatu alternatif yang jauh
lebih menarik dibanding bentuk perlindungan hari tua yang ada selama ini
seperti asuransi, tabungan, saham, dll. Tingkat keuntungan yang sangat tinggi
disertai sifat alamiah objek investasi pohon itu sendiri yang pertumbuhannya
dapat diproyeksi dan juga resisten terhadap fluktuasi dan gangguan ekonomi.
Sifat alamiah produk ini juga unik
karena semakin lama dibiarkan dengan pertumbuhannya maka akan semakin besar
ukuran batangnya,
dan akhirnya akan meningkatkan nilai jual produk kayu yang dihasilkannya.
Tingkat pengembalian investasi dalam budi daya tanaman kayu keras dan unggul
dikategorikan sebagai suatu bentuk investasi 'hard asset' yang mampu memberikan tingkat perlindungan tinggi
terhadap gejolak inflasi dan penurunan nilai mata uang. Di bawah ini persebaran
hutan di Indonesia (Sipon 2001).
Tabel
1. Persebaran Hutan Tanaman Jati di Jawa yang dikelola oleh PT Perhutani pada
tahun 1989.
No.
|
Propinsi
|
Luas Daratan (ha)
|
Lahan Hutan (ha)
|
Hutan/Total Daratan (%)
|
|
Jati
|
Total
|
||||
1.
|
DKI Jakarta
|
59.000.000
|
0
|
1.000
|
1,76
|
2.
|
Jawa Barat
|
4.620.600
|
170.570
|
968.100
|
20,90
|
3.
|
Jawa Tengah
|
3.420.000
|
304.562
|
655.681
|
19,20
|
4.
|
DI Yogyakarta
|
316.900
|
16.000
|
18.000
|
5,70
|
5.
|
Jawa Timur
|
4.782.580
|
578.580
|
1.364.441
|
28,50
|
Total
|
13.209.300
|
1.069.712
|
3.007.222
|
22,80
|
Sumber : Asosiasi
Meubeul Indonesia 2001
B.
Pohon Industri
Gambar 1. Pohon Industri Tanaman Jati
Berdasarkan
pohon industri di atas, komoditas tanaman jati dapat dimanfaatkan dari bagian
kayu, daun, kulit dan bunga. Di bawah ini penjelasan produk turunan dari pohon
jati.
1. Produk-produk furniture
Salah satu produk
yang biasa dihasilkan dari pohon jati adalah furniture. Furniture berfungsi sebagai tempat penyimpan barang,
tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau
tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat
penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari
pakaian, lemari buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam,
plastik dan lain sebagainya. Furniture sebagai produk artistik biasanya terbuat
dari kayu, salah satunya adalah pohon jati dengan warna dan tekstur indah yang
dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.
Gambar 2. Produk furniture dari pohon jati
2.
Parquete
Parquete
merupakan lantai yang terbuat dari kayu Lantai yang satu ini memiliki
keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis lantai lainnya. Selain dapat
menciptakan kesan natural dalam
ruangan, parquet juga mampu meredam suara dan membuat ruangan terasa hangat.
ruangan, parquet juga mampu meredam suara dan membuat ruangan terasa hangat.
Gambar 3. Parquete
3.
Veneer
Veneer adalah
lembaran kayu tipis yang dihasilkan dari irisan, kupasan dan serutan
gelondongan kayu / Logs (balok). Dengan tehnologi khusus, gelondongan kayu
diiris / diserut memanjang atau dikupas secara melingkar sehingga menghasilkan
lembaran kayu setipis 0.25 mm s/d 0.75 mm. (Anonim 2009)
Gambar 4. Veneer
4.
Pupuk organik
Pupuk organik
adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk
kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan
pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi
kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut
rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk
tinggi.
5.
Kemasan
Makanan
Kemasan
merupakan bagian terluar yang membungkus suatu produk dengan tujuan untuk
melindungi produk dari cuaca, guncangan dan benturan-benturan, terhadap benda
lain.
6.
Pewarna
Pewarna tekstil
dibagi menjadi dua, yaitu pew arna alami dan pewarna sintesis. Pewarna alami
berasal dari hewan maupun tumbuhan sedangkan pewarna sintesis dapat dihasilkan
dari bahan-bahan kimia. Daun jati merupakan salah satu jenis tumbuhan yang
dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk tekstil dengan cara
mengekstrak daunnya. Pembuatan zat warna dari daun jati dilakukan dengan metode
ekstraksi secara batch.
7.
Barang-barang
kerajinan
Kerajinan
kayu artinya
pembuatan barang-barang bahan kayu yang dihasilkan melalui ketrampilan
tangan manusia. Pohon jati pun bisa
dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang memiliki nilai artistik
tinggi. Beberapa kerajinan tangan yang terbuat dari pohon jati antara lain
asbak, guci terbuat dari kayu jati, hiasan ruangan dsb.
(a)
Asbak
(b)
miniatur becak kayu
Gambar 5. Produk kerajinan tangan
8.
Serat
Serat
adalah suatu jenis bahan
berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan
memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada
kain. Manusia
menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat
buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi
secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki
berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.
9.
Diuretik
Diuretik
adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Diuretik
menunjukkan adanya volume urine yang diproduksi dan dapat menunjukkan adanya
volume urine yang diproduksi dan dapat menunjukkan jumlah pengurangan
(kehilangan) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretic adalah
membobilisasi cairan edema, yaitu mengubah keseimbangan cairan sehingga cairan
eksternal menjadi cairan sehingga
cairan ekstrasel menjadi normal. Pengaruh diuretik terhadap eskresi
terlarut penting untuk menetukan tempat kerja diuretik sekaligus meramalkan
akibat penggunaan suatu deiretik. Secara umum diuretic dapat dibagi menjadi dua
golongan besar yaitu (1) penghambat mekanisme transpot elektrolit di dalam
tubuh ginjal yang meliputi bezotiadiazid, diuretik, diuretik hemat kalium dan
inhibitor karbonik anhydrase (2) diuretik osmotik.
C.
Analisis Kelayakan
Usaha Kerajinan Kayu Jati
Tabel 2. Investasi untuk Membuat Industri Kerajinan
Kayu Jati
No
|
Jenis
Investasi
|
Jumlah
|
A.
Jenis Investasi
|
||
1.
|
Bangunan Usaha
|
35.000.000
|
2.
|
1 unit Mesin Poli
|
7.400.000
|
3.
|
1 unit Mesin Pembengkok
|
4.500.000
|
4.
|
2 unit Kompor Tembak
|
300.000
|
5.
|
2 unit Bor Listrik
|
200.000
|
6.
|
Alat Perlengkapan Lainnya
|
250.000
|
Jumlah
|
47.650.000
|
|
B.
Modal Kerja
|
8.000.000
|
|
Total
|
55.650.000
|
Asumsi
modal yang dikeluarkan pribadi sebesar 35.650.000, biaya lain berasal dari bank
dengan pinjaman 20.000.000 dengan tingkat suku bunga 18% per tahun dan
dimajemukkan selama 5 tahun.
Salah
satu parameter yang digunakan untuk menentukan kelayakan usaha adalah dengan
menghitung Net Present Value (NPV). NPV merupakan kriteria investasi yang
sangat penting dalam mengukur suatu usaha apakah layak atau tidak. Net Present Value merupakan adalah
keuntungan bersih yang akan diterima setelah disesuaikan dengan tingkat suku
bunga yang berlaku.
Cara menghitung NPV
Dengan asumsi
modal yang dikeluarkan maka NPV nya adalah
NPV =
(35.650.000) + 4.923.127 + 4.172.023 + 9.094.918 + 7.708.115 + 10.465.922
= 714.104
Langkah
selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha adalah dengan cara menghitung
nilai IRR (International Rate of Return)
metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas,
dengan mengeluarkan investasi awal.
IRR
= 0,18 +
(0,25-0,18)
= 0,1878 = 18 %
Perhitungan nilai Net Benefit Cost of Ratio merupakan perbandingan antara Net Benefit yang telah didiscount positif dengan Net Benefit yang telah di discount negatif, seperti berikut ini:
Net B/C =
= 1,020
Berdasarkan hasil perhitungan nilai net B/C > 1 . maka
usaha kerajinan kayu jati masih layak untuk dikembangkan.
Analisis selanjutnya adalah break
event point merupakan titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan
total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya
titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah usaha dapat menutupi segala biaya
operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal. Proses perhitungannya adalah :
operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal. Proses perhitungannya adalah :
BEP = 4 +
=
4 +
= 3,3272 ~ 3 tahun 9 bulan
Berdasarkan perhitungan titik impas industri kerajinan jati
adalah 3 tahun 9 bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika telah
dikenal sebagai pohon yang memiliki kayu kualitas tinggi. Jati digolongkan
sebagai kayu mewah (fancy wood) dan
memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan
mampu bertahan sampai 500 tahun. Tanaman jati dapat tumbuh di Indonesia dan
permintaan kayu jati terus meningkat. Pembudidayaan tanaman jati mudah dalam
pemeliharaannya. Beberapa jenis tanaman jati antara lain jati emas plus, jati
jumbo, jati plus perhutani, jati super gama dan jati utama.
Bagian tanaman jati yang bisa dimanfaatkan yaitu bagian kayu, kulit, daun
dan bunga. Bagian kayu yang bisa dimanfaatkan menjadi produk furniture, parquet
dan veener. Pada bagian kulit bisa dijadikan barang-barang kerajinan tangan,
kertas (serat). Bagian daun bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, kemasan
makanan dan pewarna. Untuk bagian bunga bisa dimanfaatkan sebagai obat
diuretik.
Berbagai produk turunan dari tanaman jati bisa dijadikan peluang bisnis
yang menguntungkan. Berdasarkan kelayakan usaha pada usaha kerajinan tangan
yang menghitung aspek net present value,
net benefit per ratio, international rate of return dan break event point. Berdasarkan
perhitungan analisis kelayakan usaha, usaha kerajinan tangan berbahan kayu jati
bisa dikembangkan.
B.
Saran
Berbagai produk yang dihasilkan dari
tanaman jati mampu mengembangkan produk-produk yang masih kurang dikembangkan,
sehingga pemanfaatan kayu jati bisa dimanfaatkan secara maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. [Terhubung berkala]. http://indorona.wordpress.com/2009/09/29/penjelasan-tentang-apa-itu-veneer/ (diakses
tanggal 15 Maret 2013)
Asosiasi
Meubeul Indonesia. 2001. Pemasaran Kayu
Jati pada Industri Meubeul dan Kerajinan. Tidak Diterbitkan.
Mahfudz et al. 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta:
Purwobinangun.
Simon, H. 1993. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta:
Aditya Media.
Sipon,
dkk. 2001. Penelusuran Sifat Dasar Kayu Jati sebagai Dasar Pertimbangan
Rehabilitasi Hutan di Kalimantan Timur
Suryana, Y. 2001. Budidaya Jati. Bogor:
Swadaya
Vina.
2010. [Terhubung berkala]. http://www.interxpose.com/forum/forum_posts.asp?TID=25.
Jenis jenis jati di Indonesia. (Diakses tanggal 15 Maret 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar