Senin, 22 April 2013

Product Knowledge-Jati



TUGAS MATA KULIAH
ANALISIS SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN


Tugas Product Knowledge


JATI ( Tectonagrindis Linn. f.)




Oleh :
PRAYUGA DEKA RUSYANA
F34100072
















2013
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Jati (Tectona grandis Linn F.) sampai saat ini merupakan salah satu komoditas mewah yang banyak diminati masyarakat walaupun harga jualnya mahal. Kebutuhan kayu jati terus meningkat, baik skala domestik maupun internasional. Secara umum pengembangan jati sampai decade tahun 70-an mesih bersifat konvensional. Pengembangan budidaya jati masih mengandalkan  teknik perbanyakan secara generative, yaitu perbanyakan tanaman berasal dari biji atau benih pohon induk yang terpilih. Pengembangan tanaman jati secara konvensional (generatif) memiliki kendala, yaitu tanaman baru dapat berproduksi sekitar 40-60 tahun.
Kebutuhan akan kayu jati, menuntut agar budidaya tanaman jati terus dilakukan. Dalam membudidayakan kayu jati perlu memperhatikan beberapa factor agar pohon jati bisa dibudidayakan. Syarat tumbuh tanaman jati adalah curah hujan 1500 – 2000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Dengan kondisi lingkungan tersebut tanaman jati bias tumbuh di daerah subtropis.
Kayu jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta furniture perabotannya terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis, Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis.
Dengan melihat banyaknya manfaat kayu jati, yaitu bersal dari kayu, daun, kulit dan bunga, maka tanaman jati ini merupakan komoditas pertanian yang berpotensial untuk dikembangkan di dunia perbisnisan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai kambing sebagai komoditas pertanian yang sangat berpotensial untuk dikembangkan.

B.      Tujuan
Mengetahui produk perspektif dari komoditas tanaman jati, produk turunan dan menjadikannya menjadi sebuah peluang bisnis yang prospektif.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Profil Pohon Jati
Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi, Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim kemarau. Nama ilmiah jati adalah Tectonagrandis L.f. Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1500 – 2000 mm/tahun dan suhu 27 – 36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki daun berbentuk elips yang lebar dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa. Jati memiliki pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternative telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak. Dibawah ini adalah pengklasifikasian pohon jati berdasarkan taksonominya.
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Tectona
Spesies:
T. grandis
Menurut dinas pertanian syarat tumbuh untuk pohon jati adalah adalah ditempat yang beriklim tropis, kalau di Indonesia seperti seluruh pulau jawa, sebagian pulau sumatra, sulawesi selatan, sulawesi tenggara, NTB dan maluku dengan Syarat Tumbuh Budidaya Pohon Jati sebagai berikut:
1.    Curah hujan 1500-2500mm/tahun
2.    Bulan kering 2-4 bulan
3.    Tinggi lokasi penanaman 10-1000 m dari permukaan laut.
4.    Intensitas cahaya 75-100%.
5.    pH tanah 4-8
6.    Jenis tanah lempung berpasir, hindari tanah becek/rawa dan cadas.
Sejak abad ke-9 tanaman yang merupakan tanaman jati merupakan tanaman tropika dsan subtropika telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kayu kualitas tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun (Suryana 2001). Tanaman jati secara alamiah banyak dijumpai di negara-negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, yaitu Burma, Thailand, Laos, Kambojadan Indonesia. Pada abad ke-19 jati juga mulai dibudidayakan di Amerika tropic seperti Trinidad dan Nicaragua. Belakangan jati juga mulai dibudidayakan di Nigeria dan beberapa Negara Afrika tropic lainnya (Simon 2000). Keberhasilan permudaan sejak akhi rabad ke-19 telah mampu mengembangkan luas kawasan hutan jati di Pulau Jawa. Menurut data Penyusutan Sejarah Kehutanan Indonesia pada akhir abad ke-19 luas hutan jati di Pulau Jawa seluruhnya diperkirakan berkisar 650.000 ha. Luas hutan jati terus bertambah menjadi 785.000 ha pada tahun 1929. Sejak tahun 1985 luas hutan jati di pulau Jawa seluruhnya sudah mencapai 1.069.712 ha (Simon 2000).

1.    Karakteristik dari tanaman jati
a.       Warna Kayu
        Cokelat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian gubal berwarna krem atau bahkan putih kecokelatan. Pada beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada saat baru saja dibelah. Setelah diletakkan di udara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari warna tersebut akan berubah menjadi cokelat muda.
b.       Densitas
Pada level MC rata-rata 12%, densitas kayu jati berada pada kisaran 700-930 kg/m3
c.        Keawetan
Kayu jati tergolong pada kayu dengan kelas awet 1. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena udara lembab atau serangan serangga.kayu jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan suhu. Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayujati, membuat kekuatan kayu jati lebih baik dati jenis kayu yang lain (Mahfudz 2003).

2.    Jenis-jenis Pohon Jati
a.       Jati emas plus
        Sumber induk jati emas plus dari pohon jati genjah tertua di Indonesia. Saat diambil, batang itu baru berumur 5 tahun tetapi tingginya 10-15 m dan berdiameter 25 cm. Pucuknya dikulturjaringankan oleh PT Katama Surya Bumi (KSB), di Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Bibit hasil kultur jaringan itu tumbuh pesat. Terhitung setelah 6 bulan pertama penanaman, diameter meningkat 0,7 cm dan tinggi 12 cm/bulan. Pada penjarangan pertama pada umur 7 tahun, tinggi jati emas plus mencapai 15 meter dan diameter 27,5 cm. Setelah 15 tahun, jati emas plus siap dipanen dengan diameter 34 cm dan tinggi 17 meter.
        Teksturnya kuat dan kokoh, mirip jati konvensional. Itu didapat jika dirawat secara teratur seperti pemupukan pada awal tanam, pembersihan gulma di sekeliling tanaman, dan pemetikan daun-daun tua. Salah satu pekebun yang menanam intensif adalah Noer Soetrisno, sekretaris Menteri Perumahan Rakyat. Ia memberikan pupuk kandang dan zeolit saat awal tanam hingga berumur setahun.
        Saat daun bawah menguning, satu per satu dibersihkan agar nutrisi tidak terserap daun itu. Hasilnya, 7.200 jati emasnya di 4 kota menghasilkan keuntungan lebih dari Rp30-juta setelah 4 tahun penanaman. Jati emas tumbuh baik di daerah dengan 3-5 bulan musim kering. Suhu lingkungan 27-36oC dan curah hujan 2000 mm per tahun. Agar jati tumbuh optimal, pH 4,5-6. Menurut Sri Wahyuni dari KSB, hindari penanaman jati emas di lahan bekas singkong, pisang, dan sawah.
        Lahan singkong mengandung sianida tinggi, bersifat racun, sehingga tanaman tumbuh kerdil. Sedangkan lahan bekas pisang dan sawah mengandung banyak air, sulit bagi jati membuat perakaran kuat. Walau begitu, jati emas berdaya adaptasi luas, tak hanya ditanam pada dataran rendah, tetapi juga dataran tinggi.

b.       Jati jumbo
        Jati jumbo lebih dikenal dengan nama jati solomon lantaran dikembangkan di Kepulauan Solomon, negara di sebelah timur Papua Nugini. Ciri khasnya daun tak terlalu lebar, tetapi tebal dan kuat. Tumbuhnya lurus ke atas. Pasangan daun serasi, berwarna hijau kebiruan. Batang tegak lurus, bulat besar, tahan penyakit, tumbuh sangat cepat, relatif sedikit percabangan, pucuk batang kuat, jarang patah karena badai atau hama, sehingga tanaman dapat tumbuh sempurna.
        Tanaman jati jenis lain sering patah di pucuk, maka sosoknya bercabang-cabang. Penanaman cocok di daerah tropis bercurah hujan sekitar 1.000-2.000 mm/tahun, suhu 24-35oC, tanah berkapur, berketinggian di bawah 700 m dpl. Jati jumbo menyukai penyinaran matahari penuh. Oleh karena itu, idealnya jarak tanam 3-3,5 m, sehingga total populasinya 1.000-1.200 pohon/ha. Saat 6 tahun dilakukan penjarangan 500 batang.
        Setiap pohon menghasilkan 0,25 m3 kayu dengan harga Rp 2-juta/m3. Itu berarti penjarangan setelah 6 tahun penanaman menghasilkan Rp. 250-juta. Volume panen lebih tinggi lagi pada umur 20 tahun, kata Teddy Pohan, staf pemasaran PT Tunas Agro Makmur, produsen bibit jati jumbo. Volume yang dihasilkan sekitar 750 m3 dengan mutu lebih baik sehingga harganya mencapai Rp4-juta/m3.
c.        Jati plus perhutani (JPP)
Pada 1976, Perhutani mulai menyeleksi 600 jati unggul di seluruh Indonesia. Dua belas tahun kemudian, jati plus perhutani lahir dengan berbagai kelebihan seperti tumbuh lebih cepat, tahan penyakit dan adaptif di dataran tinggi maupun rendah. Itu termasuk lahan kritis yang tak bernutrisi, kata Harsono dari Pusat Pengembangan Sumberdaya Hutan, Cepu, Jawa Tengah. Tekstur kayu mirip jati konvensional walau tergolong kelas kekuatan III. 
Ketika jati berumur satu tahun, tingginya 4 m dan keliling batang 12 cm. Pada umur tiga tahun, tinggi tanaman mencapai 8 m dan keliling batang rata-rata 26 cm. Saat dipanen pada umur 12 tahun, diameter batang sudah mencapai 23 cm dengan tinggi 14 m.

d.       Jati super gama
Super gama berasal dari jati terbaik di Cepu, Jawa Tengah. Warna daun hijau kemerahan. Cara tumbuh maupun perawatan mirip dengan jati genjah lain. Menurut Ir Franky dari Gama Surya Lestari, produsen bibit super gama, tinggi tanaman setelah 3 bulan persemaian 70 cm. Pertumbuhannya mencapai 20 cm per bulan. Saat berumur 1 tahun tingginya 8 m.
Media tanam berupa pupuk kandang dan tanah berasio 1:1. Tempat yang paling cocok di ketinggian lebih dari 600 m dpl. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi 2.500 pohon/ha. Waktu panen perdana pada umur 7-8 tahun, diperkirakan produksinya 100 m3/ha. Sebab, penjarangan hanya menebang 25% dari total populasi. Saat itu, diameter mencapai 20-25 cm dan tinggi 15 meter. Sisanya, dipanen setelah berumur 13-14 tahun. Saat itu, tinggi pohon mencapai 21 m dengan diameter 30-33 cm. Artinya, panen yang diperoleh cukup singkat itu menghasilkan 450 m3 jati bangsawan.

e.        Jati utama
Berbeda dengan jati genjah lainnya, jati utama diambil dari klon terbaik asal Muna, Sulawesi Tenggara. Lantaran teruji dengan iklim dan lingkungan di luar Jawa, varietas itu lebih cocok jika ditanam di luar Pulau Jawa. Areal penanaman diutamakan pada ketinggian kurang dari 700 m dpl. Cara tumbuh dan perawatannya mirip dengan jati lain.
Menurut pengujian PT Bhumindo Hasta Jaya Utama, pertumbuhan jati utama pada umur 2 tahun mencapai 2-4 meter dengan diameter batang 13 cm. Dengan jarak tanam 2 m x 2 m, total populasi 2.500 pohon per ha. Penjarangan dilakukan setelah tanaman berumur 4-5 tahun. Saat itu, dari 1.250 pohon dengan diameter 15 cm dan tinggi 6-7 m menghasilkan 131 m3. Sisa 1.250 batang lainnya dipanen setelah berumur 15 tahun (Vina 2010)
3.       Prospek Menanam Pohon Jati
              Menanam pohon jati akan membantu mengatasi masalah kekurangan pasokan kayu jati ke pasaran dalam maupun luar negeri di masa yang akan datang. Pada saat ini pasokan kayu jati lokal diperkirakan hanya mampu memenuhi kurang dari 30% jumlah permintaan yang ada. Situasi ini menyebabkan harga kayu jati terus meningkat dari tahun ke tahun. Di lain pihak permintaan ekspor atas produk hasil olahan kayu dan mebel meningkat tajam, yang akhirnya memperbesar jurang antara jumlah pasokan dan permintaan.
              Investasi dalam budi daya jati merupakan suatu pemanfaatan dana yang bijaksana. Pada saat yang bersamaan mampu mencapai berbagai tujuan yang memberi keuntungan kepada: lingkungan hidup, perekonomian masyarakat sekitar, pemerintah, tabungan hari tua untuk diri sendiri, anak-cucu atau ahli waris. Ini merupakan suatu alternatif yang jauh lebih menarik dibanding bentuk perlindungan hari tua yang ada selama ini seperti asuransi, tabungan, saham, dll. Tingkat keuntungan yang sangat tinggi disertai sifat alamiah objek investasi pohon itu sendiri yang pertumbuhannya dapat diproyeksi dan juga resisten terhadap fluktuasi dan gangguan ekonomi.
              Sifat alamiah produk ini juga unik karena semakin lama dibiarkan dengan pertumbuhannya maka akan semakin besar ukuran batangnya, dan akhirnya akan meningkatkan nilai jual produk kayu yang dihasilkannya. Tingkat pengembalian investasi dalam budi daya tanaman kayu keras dan unggul dikategorikan sebagai suatu bentuk investasi 'hard asset' yang mampu memberikan tingkat perlindungan tinggi terhadap gejolak inflasi dan penurunan nilai mata uang. Di bawah ini persebaran hutan di Indonesia (Sipon 2001).

Tabel 1. Persebaran Hutan Tanaman Jati di Jawa yang dikelola oleh PT Perhutani pada tahun 1989.

No.
Propinsi
Luas Daratan (ha)
Lahan Hutan (ha)
Hutan/Total Daratan (%)
Jati
Total
1.
DKI Jakarta
59.000.000
0
1.000
1,76
2.
Jawa Barat
4.620.600
170.570
968.100
20,90
3.
Jawa Tengah
3.420.000
304.562
655.681
19,20
4.
DI Yogyakarta
316.900
16.000
18.000
5,70
5.
Jawa Timur
4.782.580
578.580
1.364.441
28,50
Total
13.209.300
1.069.712
3.007.222
22,80
Sumber : Asosiasi Meubeul Indonesia 2001

B.      Pohon Industri


Gambar 1. Pohon Industri Tanaman Jati
Berdasarkan pohon industri di atas, komoditas tanaman jati dapat dimanfaatkan dari bagian kayu, daun, kulit dan bunga. Di bawah ini penjelasan produk turunan dari pohon jati.
1. Produk-produk furniture
        Salah satu produk yang biasa dihasilkan dari pohon jati adalah furniture. Furniture berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Furniture sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu, salah satunya adalah pohon jati dengan warna dan tekstur indah yang dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.





                                                    Gambar 2. Produk furniture dari pohon jati

2. Parquete
Parquete merupakan lantai yang terbuat dari kayu Lantai yang satu ini memiliki  keunikan tersendiri dibandingkan dengan jenis lantai lainnya. Selain dapat menciptakan kesan natural dalam
ruangan, parquet juga mampu meredam suara dan membuat ruangan terasa hangat.
                                    Gambar 3. Parquete

3. Veneer
Veneer adalah lembaran kayu tipis yang dihasilkan dari irisan, kupasan dan serutan gelondongan kayu / Logs (balok). Dengan tehnologi khusus, gelondongan kayu diiris / diserut memanjang atau dikupas secara melingkar sehingga menghasilkan lembaran kayu setipis 0.25 mm s/d 0.75 mm. (Anonim 2009)



Gambar 4. Veneer

4.          Pupuk organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup yang diolah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai. Contohnya adalah pupuk kompos dan pupuk kandang. Pupuk kompos berasal dari sisa-sisa tanaman, dan pupuk kandang berasal dari kotoran ternak. Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi jumlah tiap jenis unsur hara tersebut rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan bahan organik pupuk ini termasuk tinggi.


5.          Kemasan Makanan
Kemasan merupakan bagian terluar yang membungkus suatu produk  dengan tujuan untuk melindungi produk dari cuaca, guncangan dan benturan-benturan, terhadap benda lain.

6.          Pewarna
Pewarna tekstil dibagi menjadi dua, yaitu pew arna alami dan pewarna sintesis. Pewarna alami berasal dari hewan maupun tumbuhan sedangkan pewarna sintesis dapat dihasilkan dari bahan-bahan kimia. Daun jati merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk tekstil dengan cara mengekstrak daunnya. Pembuatan zat warna dari daun jati dilakukan dengan metode ekstraksi secara batch.

7.          Barang-barang kerajinan
Kerajinan kayu artinya pembuatan barang-barang bahan kayu yang dihasilkan melalui ketrampilan tangan manusia. Pohon jati pun  bisa dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan yang memiliki nilai artistik tinggi. Beberapa kerajinan tangan yang terbuat dari pohon jati antara lain asbak, guci terbuat dari kayu jati, hiasan ruangan dsb.

(a)           Asbak                                                     (b) miniatur becak kayu
Gambar 5. Produk kerajinan tangan


8.          Serat
Serat adalah suatu jenis bahan berupa potongan-potongan komponen yang membentuk jaringan memanjang yang utuh. Contoh serat yang paling sering dijumpai adalah serat pada kain. Manusia menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau kertas. Serat dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu serat alami dan serat sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat diproduksi secara murah dalam jumlah yang besar. Namun demikian, serat alami memiliki berbagai kelebihan khususnya dalam hal kenyamanan.

9.          Diuretik
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine. Diuretik menunjukkan adanya volume urine yang diproduksi dan dapat menunjukkan adanya volume urine yang diproduksi dan dapat menunjukkan jumlah pengurangan (kehilangan) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi utama diuretic adalah membobilisasi cairan edema, yaitu mengubah keseimbangan cairan sehingga cairan eksternal menjadi cairan sehingga cairan ekstrasel menjadi normal. Pengaruh diuretik terhadap eskresi terlarut penting untuk menetukan tempat kerja diuretik sekaligus meramalkan akibat penggunaan suatu deiretik. Secara umum diuretic dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu (1) penghambat mekanisme transpot elektrolit di dalam tubuh ginjal yang meliputi bezotiadiazid, diuretik, diuretik hemat kalium dan inhibitor karbonik anhydrase (2) diuretik osmotik.









C.      Analisis Kelayakan Usaha Kerajinan Kayu Jati
Tabel 2. Investasi untuk Membuat Industri Kerajinan Kayu Jati
No
Jenis Investasi
Jumlah
A.      Jenis Investasi



1.
Bangunan Usaha
35.000.000
2.
1 unit Mesin Poli
7.400.000
3.
1 unit Mesin Pembengkok
4.500.000
4.
2 unit Kompor Tembak
300.000
5.
2 unit Bor Listrik
200.000
6.
Alat Perlengkapan Lainnya
250.000
Jumlah
47.650.000
B.      Modal Kerja
8.000.000
Total
55.650.000
Asumsi modal yang dikeluarkan pribadi sebesar 35.650.000, biaya lain berasal dari bank dengan pinjaman 20.000.000 dengan tingkat suku bunga 18% per tahun dan dimajemukkan selama 5 tahun.
Salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kelayakan usaha adalah dengan menghitung Net Present Value (NPV). NPV merupakan kriteria investasi yang sangat penting dalam mengukur suatu usaha apakah layak atau tidak. Net Present Value merupakan adalah keuntungan bersih yang akan diterima setelah disesuaikan dengan tingkat suku bunga yang berlaku.

            Cara menghitung NPV
Dengan asumsi modal yang dikeluarkan maka NPV nya adalah
NPV = (35.650.000) + 4.923.127 + 4.172.023 + 9.094.918 + 7.708.115 + 10.465.922
         = 714.104
Langkah selanjutnya dalam menganalisis kelayakan usaha adalah dengan cara menghitung nilai IRR (International Rate of Return) metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
IRR = 0,18 +  (0,25-0,18)
         = 0,1878 = 18 %

Perhitungan nilai Net Benefit Cost of Ratio merupakan perbandingan antara Net Benefit yang telah didiscount positif dengan Net Benefit yang telah di discount negatif, seperti berikut ini:
Net B/C =   = 1,020

Berdasarkan hasil perhitungan nilai net B/C > 1 . maka usaha kerajinan kayu jati masih layak untuk dikembangkan.
Analisis selanjutnya adalah break event point merupakan titik pulang pokok dimana total revenue sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah usaha dapat  menutupi segala biaya
operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal. Proses perhitungannya adalah :
                                                  BEP = 4 +
                                                                = 4 +  = 3,3272 ~ 3 tahun 9 bulan
Berdasarkan perhitungan titik impas industri kerajinan jati adalah 3 tahun 9 bulan.




















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan subtropika telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kayu kualitas tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah (fancy wood) dan memiliki kelas awet tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun. Tanaman jati dapat tumbuh di Indonesia dan permintaan kayu jati terus meningkat. Pembudidayaan tanaman jati mudah dalam pemeliharaannya. Beberapa jenis tanaman jati antara lain jati emas plus, jati jumbo, jati plus perhutani, jati super gama dan jati utama.
Bagian tanaman jati yang bisa dimanfaatkan yaitu bagian kayu, kulit, daun dan bunga. Bagian kayu yang bisa dimanfaatkan menjadi produk furniture, parquet dan veener. Pada bagian kulit bisa dijadikan barang-barang kerajinan tangan, kertas (serat). Bagian daun bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik, kemasan makanan dan pewarna. Untuk bagian bunga bisa dimanfaatkan sebagai obat diuretik.
Berbagai produk turunan dari tanaman jati bisa dijadikan peluang bisnis yang menguntungkan. Berdasarkan kelayakan usaha pada usaha kerajinan tangan yang menghitung aspek net present value, net benefit per ratio, international rate of return dan break event point. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan usaha, usaha kerajinan tangan berbahan kayu jati bisa dikembangkan.

B.      Saran
        Berbagai produk yang dihasilkan dari tanaman jati mampu mengembangkan produk-produk yang masih kurang dikembangkan, sehingga pemanfaatan kayu jati bisa dimanfaatkan secara maksimal.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. [Terhubung berkala]. http://indorona.wordpress.com/2009/09/29/penjelasan-tentang-apa-itu-veneer/ (diakses tanggal 15 Maret 2013)
Asosiasi Meubeul Indonesia. 2001. Pemasaran Kayu Jati pada Industri Meubeul dan Kerajinan. Tidak Diterbitkan.
Mahfudz et al. 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta: Purwobinangun.
Simon, H. 1993. Metode Inventore Hutan. Yogyakarta: Aditya Media.
Sipon, dkk. 2001. Penelusuran Sifat Dasar Kayu Jati sebagai Dasar Pertimbangan Rehabilitasi Hutan di Kalimantan Timur
Suryana, Y. 2001. Budidaya Jati. Bogor: Swadaya
Vina. 2010. [Terhubung berkala]. http://www.interxpose.com/forum/forum_posts.asp?TID=25. Jenis jenis jati di Indonesia. (Diakses tanggal 15 Maret 2013)




































Tidak ada komentar:

Posting Komentar