Selasa, 13 November 2012

uji rangsangan tunggal (uji A bukan A) dan uji pasangan jamak (multiple pairs test)





UJI AMBANG RANGSANGAN

Oleh :
1.      Bagus Purnomo
2.      Nurul Muhibah 
3.      Prayuga Deka
4.      Maya Zalena
5.      Feriska Dewi







2012
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR



I.                  
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Metode analisis sensori dikembangkan sesuai dengan tujuanan  analisis yang dilakukan. Pada saat ini telah tersedia berbagai metode analisis sensori. Para peneliti dan praktisi harus mengetahui dengan jelas kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut, sehingga analisis sensori dapat dilakukan secara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Pada prinsipnya terdapat tiga jenis metode analisis sensori, yaitu uji pembedaan (discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji afeksi (affective test). Masing-masing dari ketiga jenis uji tersebut diterapkan untuk menguji produk pangan maupun non pangan pada kasus tertentu. Sebagai contoh, uji pembedaan, uji ini bertujuan untuk menilai pengaruh perubahan proses produksi atau penggantian bahan dalam pengolahan pangan, juga untuk mengetahui perbedaan antara dua produk dari bahan baku yang sama.
Salah satu  uji yang tergolong uji pembedaan adalah uji rangsangan tunggal atau biasa disebut uji A bukan A. Uji rangasangan tunggal dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan sensori antara dua produk, terutama jika tidak dimungkinkan adanya tiga kali penyajian. Contoh uji ini adalah ketika membandingkan produk yang memiliki flavor yang kuat, contoh yang harus diloeskan ke kulit atau contoh yang secara penampakan berbeda jelas.
Selain uji rangsangan tunggal, ada pula uji pembedaan lainnya yang biasa digunakan yakni uji pasangan jamak (multiple pairs test). Uji ini merupakan uji yang serupa dengan uji rangsangan tunggal, namun dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Kedua uji ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Penerapannnya pun disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan diadakannya suatu uji sensori. Untuk itu, kiranya perlu pengetahuan dan pemahaman mengenai kedua metode pengujian ini agar dapat menetapkan jenis uji yang seharusnya dilakukan dengan tepat.
   
B.     Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami prosedur pelaksanaan uji rangsangan tunggal (uji A bukan A) dan uji pasangan jamak (multiple pairs test) meliputi cara penyajian, cara penilaian dan cara analisisnya.






II.        METODOLOGI

A.           Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang dipergunakan dalam praktikum kali ini meliputi sampel uji rangsangan tunggal berupa susu cair, sampel uji pasangan jamak berupa mie goreng, sendok plastik, air minum kemasan, alat tulis dan form penilaian.

B.        Metode
                Uji Rangsangan Tunggal


                - Uji Pasangan Jamak





III.       HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Terlampir

B.     Pembahasan
Uji pembeda pada prinsipnya adalah penginderaan dua rangsangan sejenis. Panelis melakukan proses penginderaan melalui dua tahap, yaitu mula-mula merespon sifat inderawi yang diujikan, kemudian membandingkan kedua contoh untuk menyatakan sama atau beda. Untuk uji pembeda, sebaiknya terlebih dahulu panelis dikenalkan dengan sifat inderawi yang diujikan dari pasangan contoh yang disajikan. Hal ini sangat penting untuk disadari oleh pengelola uji, karena apabila panelis belum mengenal betul sifat inderawi yang diujikaan maka memungkinkan diperoleh respon beda yang tidak sah. Data respon menjadi tidak bernilai tanpa panelis sadar betul sifat inderawi apa yang dibedakan.
Indera pencicip berfungsi untuk menilai cicip (taste) dari suatu makanan. Di permukaan rongga mulut terdapat lapisan yang selalu basah yang terdapat sel-sel peka. Sel-sel peka ini mengumpul membentuk susunan yang disebut puting pencicip. Masing-masing puting pencicip biasanya hanya peka terhadap rasa tertentu, tetapi kadang-kadang juga responsif terhadap beberapa rangsangan cicip. Puting pencicip manusia hanya dapat membedakan empat cicip dasar yaitu manis, pahit, asam, dan asin. Diluar keempat cicip dasar itu puting pencicip tidak terangsang atau responsif. Tetapi beberapa peneliti menganggap rasa metalik dan rasa gurih juga hasil penginderaan puting pencicip (Soewarno, 1985)
Uji pembeda terdiri atas dua jenis, yaitu sensitivity test yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori, dan uji different test  yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan diantara contoh uji (Sina, 2009). Pengujian pembeda ini meliputi uji pasangan (paired comparison), uji segitiga (triangle test), uji pembanding ganda (duals standart test), uji pembanding jamak (multiple standart test), uji rangsangan tunggal (single stimulus test), uji pasangan jamak (multiple pairs test), dan uji tunggal (Susiwi, 2009). Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Jadi, agar efektif sifat atau kriteria yang diujikan harus jelas dan dipahami panelis. Keandalan (reliabilitas) dari uji pembedaan ini tergantung dari pengenalan sifat mutu yang diinginkan, tingkat latihan panelis dan kepekaan masing-masing panelis (Susiwi, 2009).
Pada praktikum ini uji pembeda yang dilakukan terdiri dari uji rangsangan tunggal dan uji pembanding jamak. Adapun uji rangsangan tunggal dilakukan dengan cara panelis menghadapi satu contoh baku dan satu atau lebih contoh yang akan diuji. Kemudian panelis mengidentifikasi apakah contoh uji  berbeda atau sama dengan contoh baku. Sedangkan untuk uji pembanding jamak, panelis diminta untuk menilai satu contoh uji yang paling berbeda diantara kelima contoh-contoh yang disajikan (Dewi, 2011). Menurut Wagiyono (2003), uji-uji ini digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri, atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari komoditi yang sama. Terutama dari segi konsumen.
1.       Uji Rangsangan Tunggal
Uji rangsangan tunggal adalah salah satu metode uji pembeda dimana panelis disediakan  satu standar baku dan dua atau lebih sampel uji yang digunakan untuk penggolongan suatu contoh dengan contoh lainnya (Sina, 2009). Uji rangsangan tunggal merupakan metode uji pembeda dengan pembanding. Uji pembeda dengan pembanding diperlukan untuk tujuan untuk mengukur atau menilai pengaruh perlakuan (Dewi, 2011). Pada praktikum uji rangsangan tunggal, panelis disediakan tiga contoh uji dan satu contoh pembanding. Ketiga contoh uji yang disajikan berdasarkan rasa, warna, dan aroma dibandingkan dengan satu contoh pembanding, kemudian panelis memberikan penilaian berdasarkan sifat inderawi terhadap contoh uji apakah terdapat perbedaan atau tidak dengan contoh pembanding.
Pada praktikum ini, dilakukan pengujian uji rangsangan tunggal terhadap rasa berbagai produk susu. Panelis disediakan tiga contoh uji minuman susu dengan kode 285, 513, dan 678 serta satu contoh pembanding. Panelis diminta untuk membandingkan rasa pada setiap contoh uji dengan contoh pembanding, kemudian mencicipi rasa dari contoh uji, lalu diberikaan penilaian dengan memberi tanda ”1” bila berbeda rasa dan tanda ”0” bila sama rasa dengan contoh pembanding pada kolom respon form uji.
Berdasarkan pada tabel rekapan data uji rangsangan tunggal, dari 30 panelis diperoleh sebanyak 17 panelis menyatakan bahwa contoh uji 285 sama dengan contoh pembanding, 4 panelis menyatakan bahwa contoh 513 sama dengan contoh pembanding, dan 27 panelis menyatakan bahwa contoh 678 sama dengan contoh pembanding. Berdasarkan tabel mengenai jumlah terkecil untuk menyatakan bedanyata pada uji ini untuk 30 panelis dibutuhkan untuk tingkat kepercayaan 5% adalah 21 , tingkat kepercayaan 1% dibutuhkan 23 panelis dan unuk tingkat kepercayaan 0.1% diperlukan 25 panelis.
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa contoh 285 dan 513 tidak termasuk golongan contoh pembanding karena dari tabel jumlah terkecil untuk menyatakan beda nyata terlihat bahwa jumlah terkecil untuk menyatakan suatu contoh termasuk dalam golongan contoh pembanding hanya 17 panelis untuk contoh 285 dan hanya 4 panelis untuk contoh 513. Sedangkan untuk contoh 678 dikatakan memiliki persamaan rasa dan aroma atau t berbeda nyata dengan contoh pembanding pada tingkat 0.1% karena memenuhi persyaratan minimum atau jumlah terkecil untuk dikatakan berbeda nyata dengan contoh pembanding.
Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat beberapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau mengetahui sifat indrawi dari contoh atau produk yang diuji.  Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan. Data responnya berupa data binomial yang kemudian dapat dianalisis secara statistika. Karena demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat disajikan sejumlah contoh pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi atau lingkungan uji yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat.
2.       Uji Pasangan Jamak
Praktikum selanjutnya, praktikan melakukan uji pasangan jamak. Uji pasangan jamak atau diseebut juga Uji Multiple Pairs adalah uji yang serupa dengan uji rangsangan tunggal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi, apabila pada uji rangsangan tunggal digunakan satu buah contoh baku, maka pada uji pasangan jamak digunakan dua kelompok contoh yang harus dipisahkan atau dinilai apakah termasuk contoh kelompok A atau dinilai bukan kelompok A (Setyaningsih, 2010)..
Uji pasangan jamak yang dilakukan kelompok P2 diikuti oleh 30 panelis. Bahan dalam pengujian pasangan jamak ini adalah mie instan. Sebagai bahan yang akan digunakan untuk perbandingan antara dua contoh, disediakan mie instan dengan merek yang berbeda dan dengan penyajian bahan yang berbeda pula menjadi kelompok A dan kelompok B. Untuk bahan uji mie yang digunakan, sudah diberikan kode masing-masing penyajiannya, yaitu 237, 456, 861, dan 951. Pemberian kode pada bahan yang akan diuji ini, agar panelis dapat membedakan dan mengidentifikasi apakah mie instan yang telah disajikan tergolong sama dengan mie instan kelompok A atau mie instan kelompok B. Pengujian pasangan jamak dilakukan untuk mengetahui seberapa lama penyimpanan mutu masih dapat diterima oleh masyarakat, sehingga panelis yang akan melakukan uji organoleptik dapat membedakan kode sajian mana yang tergolong dalam kelompok A dan kelompok B.
Pada pengujian pertama untuk kode 237, berdasarkan tabel pengamatan didapatkan hasil bahwa 20 panelis menyatakan bahan pengujian masuk kedalam kelompok A, 9 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 1 panelis menyatakan tidak tergolong keduannya. Dapat simpulkan bahwa bahan uji 237 tergolong kelompok A dengan penyimpanan 3,33%. Uji pasangan jamak kedua untuk kode 456, berdasarkan tabel  10 panelis menyatakan bahwa mie  kode 456 masuk ke dalam kelompok A, 18 panelis menyatakan tergolong kelompok B, dan 2 orang menyatakan tidak tergolong keduanya. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan, bahan uji mie kode 456 tergolong ke dalam golongan A dan golongan B dengan perbandingan persentase 60% : 33,33% dan sisanya tidak masuk kedalam dua kelompok tersebut.
Uji pasangan jamak ketiga untuk kode 861, berdasarkan table dapat dilihat sebanyak 16 panelis menyatakan contoh bahan uji tergolong dalam kelompok A, 13 panelis menyatakan tergolong kedalam kelompok B, dan 1 panelis menyatakan tidak tergolong kedalam dua kelompok tersebut. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahan uji mie dengan kode 861 termasuk golongan A dan juga golongan B dengan perbandingan 53,33 % : 43,33% dan sisanya tidak memilih keduanya. Terakhir uji pasangan jamak untuk kode 951, berdasarkan tabel dapat dilihat sebanyak 9 panelis menyatakan bahwa mie dengan kode 951 tergolong kelompok A dan 21 panelis menyatakan tergolong kekelompok B. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kode 951 masuk kedalam golongan kelompok B dengan persentase penyimpangan 30%.
Dari keselurahan hasil pengujian dapat disimpulkan, tidak ada bahan pengujian yang berhasil digolongkan panelis dengan sempurna dan tepat dalam kelompoknya masing-masing, tetapi berdasarkan data yang didapatkan rata-rata panelis menggolongkan bahan mengujian pada kelompoknya masing-masing, yaitu untuk bahan pengujian mie instan kode 237 dan 861 tergolong kedalam kelompok A, sedangkan bahan mie pengujian kode 456 dan 951 termasuk kedalam golongan kelompok B. Berdasarkan referensi yang diberikan asisten praktikum, menyatakan bahwa merek bahan mie yang digunakan untuk kelompok A adalah Indomie, sedangkan merek yang digunakan kelompok B adalah Mie Sedap, sehingga penilaian panelis dapat dikatakan benar.
Kedua merek mie instan tersebut keseluruhannya memiliki kesamaan pada bahan komposisi yang digunakan, hanya memiliki perbedaan sedikit saja pada bahan racikan komposisi keduanya, yaitu untuk mie instan merek Indomie menggunakan bahan tepung terigu, minyak sayur, tepung tapioka, garam, pemantap nabati, pengatur keasaman, mineral (zat besi), pewarna (Tartrazin CI 19140), dan antioksidan (TBHQ) untuk pembuatan mie. Bumbu yang dipakai menggunakan bahan garam, gula, penguat rasa mononatrium glutamat (MSG), bubuk bawang putih, bubuk bawang merah, perasa ayam, bubuk lada, dan bubuk cabe. Minyak berbahan dasar minyak sayur dan bawang merah, serta kecap manis berbahan dasar gula, air, garam, kedelai, gandum, dan pengawet (natrium benzoat, metil p-hidroksibenzoat). Sedangkan untuk mie instan merek Mie Sedap menggunakan bahan dasar tepung terigu, minyak sayur, garam, pengental, pengatur keasaman, pewarna (tartazine Cl 19140), zat mineral untuk pembuatan mie. Gula, garam, penguat rasa (mononatrium glutamat), perasa bawang putih, perasa ayam, bubuk lada, untuk bahan dasar pembuatan bumbu. Menggunakan minyak sayur dan bawang merah untuk minyak instan yang digunakan. Dan kecap yang di pakai berbahan gula, air, garam, kedelai, pengawet (natrium benzoat). Sehingga, dari kecenderungan hampir seluruh bahan yang sama dan hanya sedikit berbeda pada bahan komposisinya, banyak panelis yang sukar mengenali perbedaan rasa, aroma, dan kerenyahan dua produk tersebut. Dalam pengujian ini, rasa merupakan aspek yang dinilai oleh para panelis. Sebagai acuan, berikut ini disajikan standar mutu untuk mie instan berdasarkan SNI 01-3551-2000 :
Tabel 2. Syarat mutu mie instan













IV.          KESIMPULAN


                Uji pembeda terdiri atas dua jenis, yaitu sensitivity test yang mengukur kemampuan panelis untuk mendeteksi suatu sifat sensori, dan uji different test  yang dimaksudkan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan diantara contoh uji. Pengujian pembeda ini meliputi: uji pasangan (paired comparison), uji segitiga (triangle test), uji pembanding ganda (duals standart test), uji pembanding jamak (multiple standart test), uji rangsangan tunggal (single stimulus test), uji pasangan jamak (multiple pairs test), dan uji tunggal.
Pada uji rangsangan tunggal dapat disimpulkan bahwa contoh 285 dan 513 tidak termasuk golongan contoh pembanding karena dari tabel jumlah terkeci untuk menyatakan beda nyata terlihat bahwa jumlah terkecil untuk menyatakan suatu contoh termasuk dalam golongan contoh pembanding hanya 17 panelis untuk contoh 285 dan hanya 4 panelis untuk contoh 513. Sedangkan untuk contoh 678 dikatakan memiliki persamaan rasa dan aroma atau t berbeda nyata dengan contoh pembanding pada tingkat 0.1% karena memenuhi persyaratan minimum atau jumlah terkecil untuk dikatakan berbeda nyata dengan contoh pembanding.

Pada uji pasangan jamak dapat disimpulkan , tidak ada bahan pengujian yang berhasil digolongkan panelis dengan sempurna dan tepat dalam kelompoknya masing-masing, tetapi berdasarkan data yang didapatkan rata-rata panelis menggolongkan bahan mengujian pada kelompoknya masing-masing, yaitu untuk bahan pengujian mie instan kode 237 dan 861 tergolong kedalam kelompok A, sedangkan bahan mie pengujian kode 456 dan 951 termasuk kedalam golongan kelompok B.
















LAMPIRAN

Rekapan Data Uji Rangsangan Tunggal

Tanggal Pengujian    : 9 Oktober 2012
Jenis Contoh              : Susu


Panelis
285
513
678
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
P9
P10
P11
P12
P13
P14
P15
P16
P17
P18
P19
P20
P21
P22
P23
P24
P25
P26
P27
P28
P29
P30
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
jumlah
17
4
27























Rekapan Data Uji Pasangan Jamak

Tanggal Pengujian    : 9 Oktober 2012
Jenis Contoh              : Mie

Panelis
Golongan A
Golongan B
1
861/456
237/951
2
237/861
456/951
3
237/861/951
456
4
237/861
951/456
5
456
198/951/237
6
456
198/951/237
7
-
951/456/861/237
8
237/861
456/951
9
951/237
456/861
10
237/456
8661/951
11
237/861
456/951
12
237
951
13
237/861
456/951
14
861/237
951/456
15
237/456
198/951
16
237/861
951/456
17
861/237
456/951
18
237
861/456/951
19
951
237/198/456
20
237
456/861/951
21
861/237
456/951
22
198/456
237/951
23
456/951
198/237
24
861/951
-
25
456/951/237/861
-
26
237/861
456/951
27
951/237
456/861
28
456/951
237/198
29
456/237
951/861
30
861/951
237/456





















                                                                                                                                                                      


DAFTAR PUSTAKA

Dewi N. 2011. Uji pembedaan berpasangan. Purwokerto: Fakultas Pertanian,Universitas Jenderal Sudirman. http://www.scribd.com [14 Oktober 2012]
Setyaningsih D, Anton A. 2010. Analisis Sensori untuk Industri Pangan dan Agro. Bogor: IPB Press
Sina. 2009. Uji organoleptik. http://www.sinau-sinaubareng.blogspot.com [14 Oktober 2012]
SNI 01-3551-2000
Soewarno ST. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Jakarta: Bhratara Karya Aksara
Susiwi S. 2009. Penilaian organoleptik. Bandung: Fakultas Matematika dan IlmuPengetahuan Alam, Universitas Pendidikan Indonesia. http://www.scribd.com[14 Oktober 2012]
Wagiyono. 2003.  Menguji pembedaan secara organoleptik  .http://www.scribd.com[14 Oktober 2012]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar